Film terbaru Guillermo del Toro, sebuah adaptasi dari 'Frankenstein' karya Mary Shelley, menunjukkan keterhubungannya yang mendalam dengan materi sumber. Proyek ini, yang telah ia kejar selama bertahun-tahun, menampilkan set dan kostum yang rumit yang mencerminkan kecintaannya pada cerita tersebut. Del Toro, yang dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat di Guadalajara, Meksiko, menemukan inspirasi dalam film 'Frankenstein' tahun 1931 pada usia muda, yang membawanya untuk mengubah monster tradisional menjadi pahlawan sepanjang kariernya.

Saat ini tayang di bioskop tertentu dan akan dirilis di Netflix pada 7 November, 'Frankenstein' adalah bukti visi artistik del Toro. Dalam wawancara terbaru dengan WIRED, ia membahas tema film tersebut, termasuk relevansi cerita dalam konteks saat ini, terutama terkait dengan konsep bermain Tuhan. Del Toro percaya bahwa narasi ini bukan anti-sains tetapi lebih mengeksplorasi pertanyaan mendalam tentang keberadaan dan penciptaan.

Del Toro juga menyentuh pada kesamaan antara cerita 'Frankenstein' dan isu-isu kontemporer, seperti meningkatnya kecerdasan buatan. Ia mengungkapkan kekhawatirannya tentang AI, menyatakan bahwa ia senang berusia 61 tahun, berharap untuk meninggal sebelum seni AI menjadi arus utama. Ia menekankan bahwa meskipun ia melihat nilai dalam AI untuk bidang seperti rekayasa, penerapannya dalam seni menimbulkan pertanyaan etis, karena kurangnya sentuhan manusia yang ia yakini sangat penting.

Sutradara ini merenungkan konteks sejarah karya Shelley, mencatat pengaruh pengalaman pribadinya dan isu-isu sosial pada masanya. Ia menyoroti pentingnya memahami garis keturunan rasa sakit dan kompleksitas hubungan keluarga, terutama dalam konteks kehidupan Shelley sendiri dan perjuangannya dengan keibuan dan kehilangan.

Melihat ke masa depan, del Toro bersemangat tentang proyek berikutnya, sebuah adaptasi dari 'The Buried Giant' karya Kazuo Ishiguro, yang ia rencanakan untuk didekati melalui animasi stop-motion. Ia bertujuan untuk mengangkat medium ini untuk mengeksplorasi tema yang lebih dewasa, menjauh dari narasi anak-anak tradisional. Saat ia terus berinovasi dalam pembuatan film, del Toro tetap berkomitmen untuk mendorong batasan dan mengeksplorasi kedalaman sifat manusia melalui seninya.